Penulisan KTI


Mengenal Karya Tulis Ilmiah

Oleh: Heksa B. Yopsie

Secara umum, karya tulis (di luar karya sastra yang berupa fiksi) dapat dikatakan terdiri atas tiga kategori, yakni tulisan ilmiah, semi ilmiah, dan tulisan populer. Terdapat perbedaan  di antara ketiga jenis tulisan tersebut. Sebuah karya tulis ilmiah (KTI) biasanya dimuat dalam jurnal ilmiah atau dalam bentuk bunga rampai. Penyusunan KTI dimulai dengan penentuan topik berdasarkan atas permasalahan yang ditemukan. Melalui proses penelitian atau pengkajian, topik tersebut disajikan dalam sebuah format yang sudah baku  sistematikanya. Sasaran KTI ialah masyarakat ilmiah seperti pakar, peneliti, dosen, guru, dan mahasiswa. Apabila kita mendapati sebuah artikel yang dimuat di media massa, apabila di dalamnya tidak terdapat istilah-istilah atau konsep khusus terkait dengan keilmuan tertentu bisa dipastikan tulisan tersebut berada dalam kategori tulisan populer. Sementara itu, jika sebuah tulisan yang topik dan prosesnya melalui penelitian tetapi disajikan dengan bahasa yang  populer sehingga bisa diikuti oleh pembaca umum (pembaca yang tidak berlatar keilmuan tertentu) tulisan tersebut dapat dimasukkan dalam kategori semi ilmiah.
Dalam penulisan sebuah KTI, ada dua hal penting yang terlibat di dalamnya, yaitu ide atau gagasan dan bahasa sebagai media penyampai gagasan tersebut. Dalam kaitannya dengan lingkup keilmiahan, bahasa dalam sebuah KTI diharapkan dapat mengungkapkan gagasan keilmuan secara tepat sehingga tidak terjadi bias dalam resepsi pembaca. Kesalahan pemakaian bahasa dalam sebuah KTI dapat menyebabkan ide tidak tersampaikan, bahkan dimungkinkan pembaca menangkap tulisan tersebut bertolak belakang dengan maksud si penulis.
Definisi sederhana karya tulis ilmiah adalah tulisan hasil penelitian baik penelitian lapangan (field research) maupun penelitian pustaka (library research) yang disebarluaskan untuk diketahui umum dan diterbitkan oleh penerbit (publishing house) atau instansi pemerintah. Definisi ini tertulis dalam buku Pedoman Jabatan Fungsional Peneliti  yang diterbitkan oleh LIPI. Sebuah KTI pada hakekatnya berfungsi sebagai media komunikasi antarilmuwan dalam lingkup keilmuan tertentu. Selain itu, KTI juga merupakan  bentuk bukti bahwa sebuah penelitian sudah dilaksanakan. Ketika seorang ilmuwan selesai melakukan penelitian, publikasi hasilnya disusun dalam bentuk KTI. KTI juga berfungsi sebagai pertanggungjawaban terhadap pihak penyandang dana penelitian, baik pemerintah maupun swasta, dan sebagai bukti pertanggungjawaban ilmiah kepada kalangan ilmuwan. Menurut jenisnya, KTI terbagi atas beberapa macam sebagai berikut:

1. Skripsi/Tesis/ Disertasi
Skripsi, tesis, dan disertasi adalah tugas akhir yang disusun sebagai persyaratan kelulusan dalam jenjang pendidikan tinggi  formal. Target pembacanya sivitas akademika di perguruan tinggi dan masyarakat ilmiah pada umumnya. Setiap perguruan tinggi biasanya memiliki gaya penulisan KTI tugas akhir yang berbeda-beda. Perbedaan ini tidak menjadi masalah selama unsur-unsur yang mencakup syarat keilmiahan tetap hadir dalam sktipsi, tesis, ataupun disertasi tersebut.

2. Laporan Penelitian
Sebuah penelitian yang didanai oleh sponsor tertentu (lembaga penelitian baik negeri maupun swasta seperti LIPI, BATAN, LAPAN, Ford Foundation, Southeast Asian Foundation, dan lain-lain) wajib dilaporkan dalam bentuk sebuah KTI dengan format penulisan yang sudah ditentukan. Di dalamnya disertakan pula jadwal penelitian dan laporan keuangan terkait dengan anggaran yang telah dikeluarkanoleh pihak sponsor.

3. Makalah Seminar
KTI yang disusun untuk dipresentasikan dalam sebuah kegiatan ilmiah baik yang berupa seminar, simposium, kongres, lokakarya, dan lain-lain harus pula ditulis dengan memenuhi kriteria kaidah ilmiah. Selain itu,  penyajiannya pun harus mengikuti aturan yang berlaku. Makalah seminar umumnya dibuat dengan jumlah halaman terbatas disesuaikan dengan persyaratan panitia penyelenggara. Makalah yang telah dipresentasikan diterbitkan dalam bentuk prosiding lengkap dengan jadwal dan laporan hasil diskusi selama presentasi berlangsung.  Ada juga panitia seminar yang menerbitkan makalah-makalah yang masuk dalam bentuk kumpulan makalah. Seminar dibedakan atas jangkauan peserta dan pemateri kunci yang berbicara di dalamnya. Ada seminar regional, nasional, dan internasional. Pemateri kunci (keynote speaker) sebuah seminar paling tidak terdiri atas tiga orang yang berasal dari luar daerah penyelenggara.

4. Artikel dalam Jurnal Ilmiah
Artikel yang dimuat dalam jurnal ilmiah bisa berupa hasil penelitian, bisa juga berupa hasil kajian. Setiap jurnal ilmiah berhak memiliki gaya penulisannya sendiri dengan tidak mengabaikan format umum yang berlaku. Gaya penyajian yang  khas sebuah jurnal ilmiah disebut gaya selingkung. Penulis yang mengirimkan karyanya kepada redaksi sebuah jurnal harus mengetahui terlebih dahulu ketentuan penulisan sehingga ia bisa menyesuaikan format tulisannya sesuai dengan gaya selingkung jurnal tersebut.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar