Jumat, 30 Maret 2012

KALIMAT Oleh Prima Vidya Asteria


KALIMAT
Sumadi mendefinisikan kalimat sebagai satuan linguistik yang mengandung gagasan lengkap dan terdiri atas unsur-unsur yang tersusun menurut aturan tertentu dan mempunyai intonasi tertentu.
1.      Berdasarkan ada tidaknya klausa:
a.       Kalimat berklausa: kalimat yang terdiri atas satuan gramatik yang berupa klausa. Contoh: Saya menulis buku ini sambil mendengarkan radio.
b.      Kalimat tidak berklausa: kalimat yang terdiri atas satuan gramatik yang bukan merupakan klausa. Contoh: Selamat pagi!
2.      Berdasarkan struktur internnya:
a.       Kalimat lengkap: kalimat yang mempunyai S dan P. Contoh: Sejak kami di rumah ini, lantai rumah ini belum disapu.
b.      Kalimat tidak lengkap: kalimat yang tidak mempunyai S atau P. Contoh: Dia besok sore.
3.      Berdasarkan urutan S dan P:
a.       Kalimat susun tertib: kalimat yang S-nya mendahului atau di depan P. Contoh: Perhiasan orang itu sangat cocok dengan pakaiannya.
b.      Kalimat susun balik (inverse): kalimat yang P-nya mendahului atau di depan S. Contoh: Sangat cocok dengan pakaiannya perhiasan orang itu.
4.      Berdasarkan kategori frasa yang menjadi P:
a.       Kalimat nomina: kalimat yang P-nya berupa FN. Contoh: Peserta rapat ini guru SD kota Malang.
b.      Kalimat verba: kalimat yang P-nya berupa FV. Contoh: Sejak dulu suami wanita itu selalu membantu warga miskin.
c.       Kalimat adjektiva: kalimat yang P-nya berupa FA. Contoh: Gedung pusat perbelanjaan itu paling megah.
d.      Kalimat numeralia: kalimat yang P-nya berupa FNu. Contoh: anak kucing saya empat ekor.
e.       Kalimat preposisiona: kalimat yang P-nya berupa FPrep. Contoh: Semua saudara saya di Ngawi.
5.      Berdasarkan wajib hadir tidaknya O:
a.       Kalimat transitif: kalimat yang P-nya mewajibkan hadirnya O. Contoh: setiap malam wanita itu menjual roti bakat.
b.      Kalimat semitransitif: kalimat yang O-nya bersifat manasuka. Contoh: Peserta rapat itu sedang makan (nasi campur).
c.       Kalimat intransitif: kalimat yang tidak memerlukan O. Contoh: Sekarang ini semua undangan sudah datang.
6.      Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P:
a.       Klausa positif: kalimat yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan. Contoh: Pengamen itu sedang menyanyikan lagu cinta.
b.      Klausa negatif: kalimat yang ditandai adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh: Pengamen itu sedang tidak menyanyikan lagu cinta.
7.      Berdasarkan peran Fungtor:
a.       Klausa aktif: kalimat yang fungtor S-nya melakukan sesuatu yang tersebut pada P. Contoh: Dia sedang memasang alarm mobil.
b.      Klausa pasif: kalimat yang fungtor S-nya terkena sesuatu yang tersebut pada P. Contoh: Tadi dia terjatuh.
c.       Klausa equatif: kalimat yang fungtor S-nya mempunyai rujukan sama dengan P. Contoh: Mereka itu mahasiswa Universitas Negeri Malang.
d.      Klausa netral: kalimat yang fungtor S-nya tidak melakukan, tidak terkena, dan tidak mempunyai rujukan yang sama dengan P. Contoh: Semua anaknya di Malang.
8.      Berdasarkan jumlah klausa:
a.       Kalimat sederhana: kalimat yang terdiri atas satu klausa. Contoh: Dia duduk di teras.
b.      Kalimat luas: kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa:
·         Kalimat luas setara: kalimat luas yang klausa-klausanya mempunyai kedudukan yang setara. Contoh: Saya lewat di depan rumahnya dan dia duduk di teras.
·         Kalimat luas tidak setara: kalimat luas yang klausa-klausanya mempunyai kedudukan yang tidak setara, yang satu menjadi ‘bagian’ dari klausa yang lain. Ketika saya lewat di depan rumahnya, dia duduk di teras.
·         Kalimat luas campuran: kalimat luas yang klausa-klausanya ada yang mempunyai kedudukan yang setara dan ada yang tidak setara. Contoh: Saya lewat di depan rumahnya dan dia duduk di teras sambil membaca majalah Tempo.
9.      Kalimat berita, kalimat Tanya, kalimat suruh, dan kalimat seru:
a.       Kalimat berita: kalimat yang isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Contoh: Mereka itu mengikuti lomba lari.
b.      Kalimat Tanya: kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Contoh: Mereka itu mengikuti lomba lari?
c.       Kalimat suruh: kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak bicara.
·         Kalimat suruh sebenarnya: kalimat yang ditandai pola intonasi suruh. Contoh: Pergi!
·         Kalimat persilahan: kalimat suruh yang ditandai pula adanya penambahan penggunaan kata silahkan yang diletakkan di awal kalimat. Contoh: Silahkan pergi!
·         Kalimat ajakan: kalimat yang menghendaki tanggapan yang berupa tindakan yang tidak hanya dilakukan oleh orang yang disuruh, tetapi juga dilakukan oleh orang yang menyuruh. Contoh: Ayo, pergi!
·         Kalimat larangan: kalimat yang ditandai adanya kata larangan, yaitu jangan. Contoh: Jangan pergi!
·         Kalimat seru: kalimat yang dapat terkait atau tidak, yang dalam bahasa Indonesia terjadi dari klausa bebas ditambah dengan partikel seru seperti alangkah, bukankah, dan sebagainya, atau terjadi dari struktur bukan klausa yang berupa kata aduh, wah, amboi, dan sebagainya. Contoh: Alangkah indahnya lukisan itu!

Daftar Pustaka
Sumadi. 2009. Sintaksis. Malang: A3 Malang.

KLAUSA Oleh Prima Vidya Asteria


KLAUSA

Sumadi mendefinisikan klausa sebagai satuan gramatik yang terdiri atas P, baik disertai S, O, Pel, Ket, atau tidak (2009). Klausa dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1.      Berdasarkan struktur internnya:
a.       Klausa lengkap: klausa yang mempunyai S dan P. Contoh: Sekarang iini tanah itu baru diratakan.
b.      Klausa tidak lengkap: klausa yang tidak mempunyai S dan atau p. Contoh: Sedang mencari adik saya.
2.      Berdasarkkan urutan S dan P:
a.       Klausa susun tertib: klausa yang S-nya mendahului atau di depan P. Contoh: Seua pengunjung sangat tertarik dengan lukisan itu.
b.      Klausa susun balik (inversi): klausa yang P-nya mendahului atau di depan S. Contoh: Sangat serasi dengan rumahnya perabot rumah tangganya.
3.      Berdasarkan kategori frasa yang menjadi P:
a.       Klausa nomina: klausa yang P-nya berupa FN. Contoh: Peserta rapat ini guru SD kota Malang.
b.      Klausa verba: klausa yang P-nya berupa FV. Contoh: Sejak dulu suami wanita itu selalu membantu warga miskin.
c.       Klausa adjektiva: klausa yang P-nya berupa FA. Contoh: Gedung pusat perbelanjaan itu paling megah.
d.      Klausa numeralia: klausa yang P-nya berupa FNu. Contoh: anak kucing saya empat ekor.
e.       Klausa preposisiona: klausa yang P-nya berupa FPrep. Contoh: Semua saudara saya di Ngawi.
4.      Berdasarkan wajib hadir tidaknya O:
a.       Klausa transitif: klausa yang P-nya mewajibkan hadirnya O. Contoh: setiap malam wanita itu menjual roti bakat.
b.      Klausa semitransitif: klausa yang O-nya bersifat manasuka. Contoh: Peserta rapat itu sedang makan (nasi campur).
c.       Klausa intransitif: klausa yang tidak memerlukan O. Contoh: Sekarang ini semua undangan sudah datang.
5.      Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P:
a.       Klausa positif: klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan. Contoh: Pengamen itu sedang menyanyikan lagu cinta.
b.      Klausa negatif: klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh: Pengamen itu sedang tidak menyanyikan lagu cinta.
6.      Berdasarkan peran fungtor:
a.       Klausa aktif: klausa yang fungtor S-nya melakukan sesuatu yang tersebut pada P. Contoh: Dia sedang memasang alarm mobil.
b.      Klausa pasif: klausa yang fungtor S-nya terkena sesuatu yang tersebut pada P. Contoh: Tadi dia terjatuh.
c.       Klausa equatif: klausa yang fungtor S-nya mempunyai rujukan sama dengan P. Contoh: Mereka itu mahasiswa Universitas Negeri Malang.
d.      Klausa netral: klausa yang fungtor S-nya tidak melakukan, tidak terkena, dan tidak mempunyai rujukan yang sama dengan P. Contoh: Semua anaknya di Malang.

Daftar Pustaka
Sumadi. 2009. Sintaksis. Malang: A3 Malang.

FRASA Oleh Prima Vidya Asteria


 FRASA

            Frasa adalah satuan gramatik yang tidak melampaui batas fungsi. Sumadi (2009) menyatakan bahwa frasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1.      Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya:
a.       Frasa Endosentris: frasa yang mempunyai unsur pusat.
1.      Frasa endosentris koordinatif: frasa endosentris yang semua pemadunya merupakan UP dan mengacu pada “hal” yang berbeda. Contoh: Saya dan dia akan pergi ke Surabaya.
2.      Frasa endosentris atributif: frasa endosentris yang disamping mempunyai pemadu yang berupa UP juga mempunyai pemadu yang berupa atribut. Contoh: Adik saya sudah berkerja.
3.      Frasa endosentris apositif: frasa endosentris yang semua pemadunya merupakan UP dan mengacu pada “hal” yang berbeda. Contoh: Dia, teman kami, sedang berpuasa.
4.      Frasa endosentris Ѳ (Zero): frasa endosentris yang terdiri atas satu kata. Contoh: Chandra bersepeda.
b.    Frasa Eksosentris: frasa yang tidak mempunyai unsur pusat.
1.      Frasa eksosentris konjungtif: frasa eksosentris yang ditandai adanya konjungsi sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Contoh: Ketika malam datang, kami sudah pergi.
2.      Frasa eksosentris disjungtif: frasa eksosentris yang ditandai adanya bukan konjungsi sebagai penanda dan diikuti oleh kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda. Contoh: Si terdakwa sedang mengikuti persidangan di pengadilan.
2.      Berdasarkan kategori kata yang menjadi UP atau penanda
a.       Frasa Nomina (FN): frasa yang UP-nya berupa kata-kata yang termasuk kategori nomina. Contoh: Batu itu akan dibawa ke Malang.
b.      Frasa Verba (FV): frasa yang UP-nya berupa kata-kata yang termasuk kategori verba. Contoh: Kelima anaknya pergi.
c.       Frasa Adjektiva (FA): frasa yang UP-nya berupa kata-kata yang termasuk kategori adjektiva. Contoh: Semua saudaranya sangat cantik.
d.      Frasa Numerilia (FNu): frasa yang UP-nya berupa kata-kata yang termasuk kategori numerilia. Contoh: Sapi peliharaan kami sebanya lima puluh ekor..
e.       Frasa Preposisional (FPrep): frasa yang ditandai adanya preposisi (kata depan) sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda. Contoh: setiap hari saya bekerja di rumah.
f.       Frasa Artikula (FArt): frasa yang ditandai adanya artikula sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda. Contoh: Si terdakwa sedang mengikuti persidangan.
g.       Frasa Konjungsi (FKonj): frasa yang ditandai adanya konjungsi (kata sambung) sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Contoh: Karena mereka akan pergi, saya harus menemui mereka sekarang.

Daftar Pustaka
Sumadi. 2009. Sintaksis. Malang: A3 Malang.