KALIMAT
Sumadi mendefinisikan kalimat sebagai satuan linguistik yang mengandung
gagasan lengkap dan terdiri atas unsur-unsur yang tersusun menurut aturan
tertentu dan mempunyai intonasi tertentu.
1.
Berdasarkan ada tidaknya klausa:
a.
Kalimat berklausa: kalimat yang terdiri atas satuan gramatik
yang berupa klausa. Contoh: Saya menulis buku ini sambil mendengarkan radio.
b.
Kalimat tidak berklausa: kalimat yang terdiri atas satuan
gramatik yang bukan merupakan klausa. Contoh: Selamat pagi!
2.
Berdasarkan struktur internnya:
a.
Kalimat lengkap: kalimat yang mempunyai S dan P. Contoh:
Sejak kami di rumah ini, lantai rumah ini belum disapu.
b.
Kalimat tidak lengkap: kalimat yang tidak mempunyai S atau P.
Contoh: Dia besok sore.
3.
Berdasarkan urutan S dan P:
a.
Kalimat susun tertib: kalimat yang S-nya mendahului atau di
depan P. Contoh: Perhiasan orang itu sangat cocok dengan pakaiannya.
b.
Kalimat susun balik (inverse): kalimat yang P-nya mendahului
atau di depan S. Contoh: Sangat cocok dengan pakaiannya perhiasan orang itu.
4.
Berdasarkan kategori frasa yang menjadi P:
a.
Kalimat nomina: kalimat yang P-nya berupa FN. Contoh: Peserta
rapat ini guru SD kota Malang.
b.
Kalimat verba: kalimat yang P-nya berupa FV. Contoh: Sejak
dulu suami wanita itu selalu membantu warga miskin.
c.
Kalimat adjektiva: kalimat yang P-nya berupa FA. Contoh:
Gedung pusat perbelanjaan itu paling megah.
d.
Kalimat numeralia: kalimat yang P-nya berupa FNu. Contoh:
anak kucing saya empat ekor.
e.
Kalimat preposisiona: kalimat yang P-nya berupa FPrep.
Contoh: Semua saudara saya di Ngawi.
5.
Berdasarkan wajib hadir tidaknya O:
a.
Kalimat transitif: kalimat yang P-nya mewajibkan hadirnya O.
Contoh: setiap malam wanita itu menjual roti bakat.
b.
Kalimat semitransitif: kalimat yang O-nya bersifat manasuka.
Contoh: Peserta rapat itu sedang makan (nasi campur).
c.
Kalimat intransitif: kalimat yang tidak memerlukan O. Contoh:
Sekarang ini semua undangan sudah datang.
6.
Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P:
a.
Klausa positif: kalimat yang ditandai tidak adanya unsur
negasi yang menegatifkan. Contoh: Pengamen itu sedang menyanyikan lagu cinta.
b.
Klausa negatif: kalimat yang ditandai adanya unsur negasi
yang menegatifkan P. Contoh: Pengamen itu sedang tidak menyanyikan lagu cinta.
7.
Berdasarkan peran Fungtor:
a.
Klausa aktif: kalimat yang fungtor S-nya melakukan sesuatu
yang tersebut pada P. Contoh: Dia sedang memasang alarm mobil.
b.
Klausa pasif: kalimat yang fungtor S-nya terkena sesuatu yang
tersebut pada P. Contoh: Tadi dia terjatuh.
c.
Klausa equatif: kalimat yang fungtor S-nya mempunyai rujukan
sama dengan P. Contoh: Mereka itu mahasiswa Universitas Negeri Malang.
d.
Klausa netral: kalimat yang fungtor S-nya tidak melakukan,
tidak terkena, dan tidak mempunyai rujukan yang sama dengan P. Contoh: Semua
anaknya di Malang.
8.
Berdasarkan jumlah klausa:
a.
Kalimat sederhana: kalimat yang terdiri atas satu klausa.
Contoh: Dia duduk di teras.
b.
Kalimat luas: kalimat yang terdiri atas lebih dari satu
klausa:
·
Kalimat luas setara: kalimat luas yang klausa-klausanya
mempunyai kedudukan yang setara. Contoh: Saya lewat di depan rumahnya dan dia
duduk di teras.
·
Kalimat luas tidak setara: kalimat luas yang klausa-klausanya
mempunyai kedudukan yang tidak setara, yang satu menjadi ‘bagian’ dari klausa
yang lain. Ketika saya lewat di depan rumahnya, dia duduk di teras.
·
Kalimat luas campuran: kalimat luas yang klausa-klausanya ada
yang mempunyai kedudukan yang setara dan ada yang tidak setara. Contoh: Saya
lewat di depan rumahnya dan dia duduk di teras sambil membaca majalah Tempo.
9.
Kalimat berita, kalimat Tanya, kalimat suruh, dan kalimat
seru:
a.
Kalimat berita: kalimat yang isinya memberitakan sesuatu
kepada pembaca atau pendengar. Contoh: Mereka itu mengikuti lomba lari.
b.
Kalimat Tanya: kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau
seseorang. Contoh: Mereka itu mengikuti lomba lari?
c.
Kalimat suruh: kalimat yang mengharapkan tanggapan yang
berupa tindakan dari orang yang diajak bicara.
·
Kalimat suruh sebenarnya: kalimat yang ditandai pola intonasi
suruh. Contoh: Pergi!
·
Kalimat persilahan: kalimat suruh yang ditandai pula adanya
penambahan penggunaan kata silahkan yang diletakkan di awal kalimat. Contoh:
Silahkan pergi!
·
Kalimat ajakan: kalimat yang menghendaki tanggapan yang
berupa tindakan yang tidak hanya dilakukan oleh orang yang disuruh, tetapi juga
dilakukan oleh orang yang menyuruh. Contoh: Ayo, pergi!
·
Kalimat larangan: kalimat yang ditandai adanya kata larangan,
yaitu jangan. Contoh: Jangan pergi!
·
Kalimat seru: kalimat yang dapat terkait atau tidak, yang
dalam bahasa Indonesia terjadi dari klausa bebas ditambah dengan partikel seru
seperti alangkah, bukankah, dan sebagainya, atau terjadi dari struktur bukan
klausa yang berupa kata aduh, wah, amboi, dan sebagainya. Contoh: Alangkah
indahnya lukisan itu!
Daftar Pustaka
Sumadi. 2009. Sintaksis.
Malang: A3 Malang.